Rabu, 29 Desember 2021

Tulisan Akhir Tahun Sekaligus Empat Belas yang Kedua Puluh Lima Kali

Salam gaisss!!! Gilak 4 tahun ga pernah posting apapun. Kreativitas ini makin tumpul kayanya hahaha. Ga deng, selama ini cuma ngetik di notes HP/laptop aja. Jd blog ini ga kepegang. Masih adakah Fiaddict??? xoxoxoxo

25. Dua Puluh Lima Tahun. Wow, such an old age. Well, I feel blessing that today I turn out 25. Little throwback apa yang terjadi di umur 24 menuju 25 ku pufffttt sebelum2nya kaya berasa main alap-alap di dufan, terus sekarang main battlestar galactica di Singapura wkwkwkwk. Nah agak jauh kan tuh. Berasa panjanggg, deg2an, mau udahan, tp lu terpacu. 24 ke bawah rasanya masih berada di zona nyaman sampe akhirnya merasakan di luar zona nyaman. Fyuhhh.

Mencoba membuat tulisan akhir tahun sekaligus sebagai pengingat kalau ternyata gue bisa hidup sampai sejauh ini. I can’t believe that I already live for quarter years. Entah kenapa tahun ini banyak banget pelajarannya. Banyak banget emosi dari mulai marah, sedih, kecewa, kesel, senang semuanya bener2 ada di tahun ini. Kehilangan orang yang disayang untuk selama-lamanya karena tugasnya di dunia sudah berakhir, kehilangan kepercayaan diri, kehilangan kepercayaan ke orang, bahkan mungkin kehilangan apa yg udah diraih susah payah, ternyata di depan mata ngeliat orang ngerampas itu dengan santainya. Gokssss bgttt.

Tp di tahun ini juga, banyak-banyak bersyukur sama Allah, gue menemukan kebahagiaan diri sendiri, gue jauh lebih mengenal diri gue sendiri. Ada seorang ahli bilang ke gue, kebahagiaan kita, kita sendiri yang buat, jangan kamu gantungin kebahagiaan kamu pada orang lain sepenuhnya.  Karena kapan aja, orang tsb bisa pergi dari kita, entah karena tugasnya di dunia sudah selesai atau takdir yang memisahkan kalian.

Tahun ini jg banyak bersyukurnya soal kesehatan. Berat badan gue menyentuh angka 48kg di umur gue skrg gaisss wkwkwk betapa bangganya diri ini. Klo dulu jalan berasa ketiup angin, sekarang udah mendingan lah wkwkwk. Tp tentunya dengan BB yg naik harus dibarengi jg sm olahraga, nah olahraga gue termasuk yg alhamdulillah lebih rajin dari tahun lalu. Dan tentunya, bersyukur banget sama Allah masih dilengkapkan keluarga ini dan dalam kondisi sehat semua, apalagi sempat sekeluarga covid.

Hal lainnya tentang pertemuan. Di saat mungkin kehilangan, di situlah Allah mendatangkan pertemuan. Banyak pertemuan dengan orang-orang baru yang masya Allah keren-keren banget dan sangat amat positif salah satunya saudara/i RISKA yg buat aku bolak-balik Menteng, but it's ok bcs I love them so much. Bersyukur lainnya ttg pertemuan, punya kakak perempuan dan awal tahun depan akhirnya punya ponakan alhamdulillah, I can't waittt huaaa.

Nah klo ngomongin soal partner lol. Gue sedang menikmati sekali. Setelah melalui drama di awal tahun. It’s still got li’l creepy if a man reaches me with visible-dating-desire wkwkwk. Tp bukan berarti gue gamau dong yaaa. But, I just haven’t found it yet. Yaaa ada lah yg menarik, tp dia tertarik ga ya sama gue🤣🤣 yuk kita doakan di sepertiga malam aja gais. Kalau untuk sekarang, just improve yourself, expand your networking, and reconnect to anyone. I believe that, if I see him as someone attractive for myself. Well, ya Allah please, let the universe work on us.

25? Masih muda lah yaaa wkwkwk. But I really have to be responsible to your self. In this country especially, society determined that 25th-people, must having steady stable job, big saving account, working in famous-big-company, or having a partner/married. These pattern that built by society, make us overwhelm🤯🤯 You know why? Because in our 20s, we still struggling to figure out what to do to our life. We still got chances to explore ourselves. Even people in their 30s, 40s, and over still couldn’t figure it out.

Paham sih kenapa 25 tahun ini dibilang golden age, u still have energy, u still have ur quota for failure, u can build ur network, you can try everything u want.

However, any life journey ahead, I open myself to accept all opportunities that Allah’s took me into. Life is beautiful with many surprises. I still got much stuff to do, achieving Erasmus/LPDP this year, getting master degree, meeting new people and solo travel. I hope I could pass my time confidently, brightly, and happily ever after no matter problems hit me up. I release negative energy from my inner self, release all hate and broken heart. And facing this new phase with head-up.

And if I ask to myself am I happy right now? Yes! And soon, the happiness will get bigger.

25, HERE THE JOURNEY BEGINS✨✨💫
Cheers!

Wassalam. 

Ruhma Hafia
Jakarta, 14 Desember 2021

Jumat, 29 September 2017

Ritme Hidup

Malam ini, gue sedang merenungi. Iya yaa. Hidup itu ada ritmenya. Setiap orang emang memiliki ritme yang berbeda. Satu per satu, mereka mewujudkan impiannya dengan bekerja lebih keras. Di sisi lain, ada juga yang bersenang-senang, menganggap santai perjalanan hidup. Yaaa tergantung ritmenya.

Ada yang punya target lulus 3,5 tahun ada yang target 4 tahun ada yang bahkan mau ngabisin batas kuliahnya hingga 7 tahun. Well, tergantung ritme mereka.

Kemarin gue sempet sebel dengan sebuah kata-kata “Sibuk itu ga ada, yang ada tuh cuma prioritas”. Gue agak kesel karena menemukan kata2 ini ketika baru ada yang bilang banget sama gue karena minggu-minggu ini dia sibuk, jd ga bisa menemui gue. Padahal kalau dipikir-pikir lagi yaaa ritme hidup kita emang berbeda dan kata sibuk itu emang ada ketika kalian melihat orang lain yang banyak kerjaannya sedangkan di waktu yang sama kalian lagi tidak melakukan hal apapun. Sibuk dan ritme.

Suatu ketika, mungkin ritme harian kita berubah, kegiatan yang berubah arah, dan rute-rute perjalanan yang tidak sama lagi sedikit banyak ternyata juga mengubah bagaimana ritme waktu bergerak di hidup kita. Berada di kampus buat kelas, lalu melompat ke tempat lain setelahnya, dan pulang melewati jalan-jalan yang berbeda, semua mengajari kita bahwa setiap waktu yang berlalu gak boleh lepas dari makna.

Waktu itu gak pernah bergerak melambat ya.

Bokap gue bilang bahwa waktu itu salah satu sumber daya yang tidak bisa kita perbaharui keberadaannya. Kalau sudah hilang, yaudah hilang. Kalau sudah habis, yaudah habis. Waktu ga mau tau, kerjaan kita udah beres atau belum. Waktu juga gak mau tau kita udah siap atau belum. Maka, menggenggam jemari detik agar detaknya mau bergerak seirama dengan ritme kita adalah bullshark ketidakmungkinan.

Jadi, apakah waktu yang harus menyesuaikan dengan ritme hidup kita? Hmmm......

Setiap ritme seringkali berisi satu atau lebih urusan yang perlu diselesaikan, dan ritme itu jd terasa semakin cepat seiring dengan semakin banyaknya urusan yang harus diselesaikan. Tapi seperti firman Allah, kita diminta untuk bergerak dinamis dalam mengerjakan berbagai urusan dalam setiap satuan-satuan ritme yang bergulir. Jika sudah selesai urusan yang satu, maka selesaikanlah urusan yang lain.

Mungkin setelah ini semua beres, saatnya gue mengatur dan memperbaiki ritme baru lagi dalam hidup ini. Selamat berdamai dan beradaptasi dengan ritme waktu kalian yaaa, Fiaddict!!!! Semoga Allah mudahkan dan lancarkan ritme yang bergerak mampu kita isi dengan penuh makna.

Salam Fiaddict!!!!


Ps: tulisan seorang yang sedang tidak bisa berdamai dengan ritme hidupnya.





Jatinangor,
Ruhma Hafia

Sabtu, 11 Februari 2017

Anti Golput



"Jakarta adalah ibukota, Jakarta adalah representasi dari Indonesia. Jika ingin melihat Indonesia seperti apa, maka lihatlah Jakarta"-lupa kata siapa




Btw, entah kenapa saya sangat setuju sama kata2 John Legend di atas. Like it or not, kehidupan kita emang ga akan pernah lepas dari politik. Yakan yakannn?




Ga sedikit orang yang ngomong "ah males ah nyoblos, bingung mao milih siapa", dan kalo itu temen saya, pasti saya langsung omel2in. Biarinnn. Pemberian dana untuk kampanye kepada masing2 paslon itu udah ngeluarin dana banyak. Belom buat pengawasan pemilu, itu baru panwas. Belum lagi tim panitia pemilu. Belum lagi dana untuk TPS, dan masih banyak perintilan lainnya. Kertas suara harganya bukan Rp 100,- atau Rp 200,- per lembar lohhh. Jadi bisa dibayangin dong betapa banyak uang yang udah dialokasiin cuma biar kita bisa mendapatkan hak suara kita, tp abis itu disia-siain gitu aja, sayang banget mennn...




Golput emang pilihan, tapi bukan solusi. Kalau nantinya kalian memilih untuk golput, dari sekarang mending siap2 bungkam mulut. Jangan pernah protes sama kebijakan-kebijakan yang nantinya bakalan mempengaruhi kehidupan anda.




Gamau dong terulang tragedi Brexit cuma karena masyarakat UK memilih untuk golput, atau mungkin kejadian Trump menang cuma gara2 pendukung Hillary yang males untuk nyoblos.




Saya memang bukan siapa2, tapi tidak ada salahnya bukan mengingatkan dan menghimbau buat teman-teman untuk menggunakan hak pilihnya untuk daerahnya yang melaksanakan Pilkada (ga cuma DKI Jakarta), yuk gunain hak pilihnya di hari Rabu, 15 Februari 2017.



Terakhir, mau pilihan kalian nomer 1, 2 atau 3, pleaseee.. be smart, be logic, be wise, and be true!!



#KawalPilkada #antigolput

Ruhma Hafia,
Jakarta

Senin, 07 November 2016

Kata-Kata Menyenangkan dari Orang Menyenangkan


 “Halo Kanaya, tunggu ya sebentar. Ban motor saya tiba-tiba saja bocor”
“Iya, ka Alfan. Aku juga masih mengerjakan sesuatu. Jadi tidak apa-apa menunggu"
“Maaf ya membuat kamu menunggu. Padahal kamu tidak suka"
“Nggak apa-apa. Ayo selesaikan, aku tunggu ya ka"

Ya. Aku  memang sangat tidak suka dengan kegiatan menunggu. Menurutku, banyak hal yang bisa aku kerjakan selain menunggu. Menunggu sama saja membuang waktu bukan? Tapi kali ini berbeda. Aku yang tidak suka menunggu, tiba-tiba saja menjadi tidak masalah menunggu ka Alfan.

Ah ya. Aku sedang berada di perpustakaan kampusku. Niatku di sini sebenarnya hanya ingin mencari referensi untuk membuat essayku. Tapi tiba-tiba ka Alfan menelpon dan memintaku untuk menemaninya membelikan hadiah untuk keponakannya yang akan merayakan ulang tahunnya. Aku yang diiming-imingi dengan bantuan membuatkan paper langsung menyetujuinya. Lagipula ka Alfan juga sudah berkata bahwa ia memiliki buku yang sedang ku cari.

Sebenarnya aku bukan sekali atau dua kali saja dibantu ka Alfan membuat paper. Bahkan bukan hanya essay, tapi tugas lainnya pun ia sangat sering membantuku. Entah memberikan saran kekurangan tulisanku atau ia sering juga memberikan judul atau ide menarik untuk tugas-tugasku. Walaupun kita berbeda jurusan.

Aku jadi teringat bagaimana pertama kali aku berkenalan dengan ka Alfan di sebuah kepanitiaan. Dia mengaku kalau kita masih satu angkatan jadi tidak perlu memanggilnya dengan kakak. Setelah terbiasa dengan hanya memanggilnya nama, aku tidak sengaja melihat Nomor Pokok Mahasiswa yang terdapat di kartu tanda pengenal panitia bahwa dia ternyata 2 tahun di atasku. Dari situ aku sangat malu dan merasa tidak sopan dengan ka Alfan. Ka Alfan bilang kalau muka dia masih cocok dikatakan seangkatan denganku yang kala itu memang junior paling muda. Ah ka Alfan memang sok muda. Oh ya, wajar saja aku baru mengetahuinya, karena kita meman berbeda jurusan. Bahkan berbeda fakultas.

"Hai Kanaya. Sedang mikirin apa sih? Sampe saya datang aja kamu ga tau"
"Eh ka Alfan. Akhirnya datang juga"
"Kamu belum jawab pertanyaan saya, Kanaya"
"Ah engga, aku cuma sedanh memikirkan ide untuk paper ku saja"
"Masa sih? Kayanya pikiran kamu bukan itu deh"
"Ah ka Alfan mau tau banget sih"
"Atau jangan-jangan mikirin saya?" balas ka Alfan sambil cekikikan
"Ih engga. Ngapain banget mikirin kakak"
"Ih sensi ya kalau abis nunggu. Maaf deh"
"Ih minta maaf doang nih? Es krim green tea donggg"
"Udah cuma itu aja buat minta maaf sama kamu?"
"Engga. Kerjain juga paper aku"
"Ga mau wleee"
"Ih ka Alfan udah janji mau bantu aku"
"Hahaha iya Kanaya, saya akan bantu kamu. Udah yuk berangkat, keburu sore"
"Yeyyy terima kasih ka Alfan. Yuk yukk"

------------------------

“Duh, ka Alfan jalannya cepat banget sih ka.”
“Ya, harus dibiasakan begini"
“Kenapa harus gitu?”
"Katanya mau ke Jepang. Orang-orang di sana jalannya sangat cepat loh"
“Tapi, sekarang kan kita lagi gak di Jepang. Ka alfan ngebut banget jalannya, aku cape ngikutin ka Alfan"
“Oke, pelan-pelan deh… Hei Kanaya! Sekarang kamu malah mempercepat jalan kamu!”
“Memang harus dibiasakan begini.”
“Kenapa gitu?”
“Karena yang sampai ke toko itu lebih dulu berarti dia pemenangnya!!! Yang kalah teraktir eskrim green tea!”
“Kamu curang Kanaya!!!”
“Ini bukan curang ka Alfan. Ini namanya strategi"

Sudah lama memang aku tidak jalan dengan ka Alfan. Karena dia sudah jarang ke kampus dan sedang menyelesaikan skripsinya. Paling ka Alfan ke kampus hanya untuk menjemputku saja, itupun kalau aku lagi mau dijemput. Terkadang juga ka Alfan suka buat kejutan tiba-tiba menelpon sudah ada di perpustakaan, kantin, parkiran atau bahkan di depan kelas.

Ka Alfan memang masih suka ke kampus, dia sering jenuh berada di kosan dan butuh suasana baru untuk mencari inspirasi, biasanya di taman kampus atau laboraturium atau perpustakaan. Ah iya, ka Alfan juga seorang penulis. Jadi, kalau dia di taman biasanya mencari inspirasi untuk  tulisannya. Jika dia di perpustakaan atau laboraturium berarti dia sedang menggarap skripsinya. 

Kadang aku suka datang untuk mengganggunya kalau dia sedang di taman. Eitsss ini sebenarnya bukan karena aku jahil. Tapi ka Alfan sendiri bilang kalau dia suka digangguku. Aneh. Sering kali juga ketika aku di kampus ka Alfan tiba-tiba menelponku meminta untuk aku datang ke taman. Dia bilang mau memamerkan kalau dia sudah menyelesaikan tulisannya. Sering kali aku yang disuruh ka Alfan untuk membacanya, penikmat pertama tulisan ka Alfan harus aku katanya. Aku tau, ka Alfan bicara seperti itu cuma karena ingin membuatku senang saja. Tapi aku memang senang jika dinobatkan menjadi pembaca pertama karya ka Alfan ini hehehe.

------------------------

"Halo ka Alfan"
"Hai Kanaya"
"Iyaa ini Kanaya"
"Tanpa kamu menyebutkan namamu aku sudah tahu itu kamu, ada apa?"
"Ah iya ka Alfan benar, aku mengganggu?"
"Tidak akan merasa terganggu kalau kamu yang nelpon Kanaya"
"Oh my god, ka Alfan, kenapa anda selalu berkata seperti itu. Ah sudahlah. Aku mau berkata....ituu.... bisa kah kamuuu.... ah begini.., maksud aku..."
"Kamu kenapa Kanaya?"
"Oke ehm ehm.. begini ka Alfan, komunitas Pena yang aku ikuti ingin mengundangmu datang untuk menjadi pembicara. Tapi dana sebagai pembicara di komunitasku tidak seberapa jika dibandingkan dengan...."
"Aku akan menghadiri, kapan waktunya?"
"Sungguh? Seminggu lagi ka. Sejujurnya aku tidak enak meminta ka Alfan untuk jadi pembicara. Tapi aku dipaksa oleh teman-temanku karena mereka tahu aku dekat dengan ka Alfan. Takut aja disangka memanfaatkan"
"Selalu ada waktu untuk kamu Kanaya. Tidak perlu merasa seperti itu Kanaya. Aku dengan senang hati melakukannya untukmu"
"Terima kasih"
"Terima kasih saja?"
"Es krim green tea bagaimana?"
"Terlalu mudah jika aku menerima itu. Sering-sering telepon aku aja bagaimana? Moment langka loh kamu menelepon saya"
"Ah ka Alfan, sudah malam. Aku takut mengganggu. Selamat malam"

Ada senyuman laki-laki mengembang di ujung sana. Membayangkan seorang Kanaya kini tersipu malu.


------------------------

Aku memang selalu suka ngobrol dengan ka alfan. Dia teman bicara yang baik. Selalu merespon dengan baik apapun yang aku bicarakan. Entah pelajaranku, tentang buku, film, teater, organisasi, politik kampus, hutang negara, bahkan tentang pikiran anehku selalu direspon baik oleh ka Alfan.

"Halo ka Alfan, sudah siap-siap kah?" Dateng 30 menit sebelum acara ya ka. Nanti aku jemput yah. Aku LO kakak"
"Oh ya kamu LO saya? Dengan senang hati saya akan menjemput LO saya. Bukan LO yg menjemput saya. Boleh?"
"Ah ka Alfan, jangan begitu. Aku ga enak"
"Tidak tidak. Ini bukan antara pembicara dengan seorang LO nya. Tapi ini tentang laki-laki dan wanitanya"
"Oke, baiklah"
"Hanya itu jawabannya?"
"Aku bingung harus jawab apa"
"Kamu menggemaskan Kanaya, oke 1 jam lagi saya akan sampai di depan rumahmu. Cepat mandi dan berpakaian. Kamu harus cantik dan wangi bertemu dengan seorang pembicara special"
"Uhhh ka Alfan!!!"
 "Oh iya, setelah acara aku harap kamu mau ikut denganku. Aku akan mengajakmu ke suatu tempat" 
"Oke aku akan menurut kali ini. Sebagai balas budiku karena ka Alfan mau menjadi pembicara"
"Baik. Sampai jumpa, Kanaya"

Entahlah terkadang ka Alfan memang bertindak sesuka hati. Dia suka memaksa kehendaknya. Tapi untungnya tindakannya selalu aku suka. Hehehe.

Tapi sering kali juga aku memaksakan kehendaku. Semisal saat kita makan di suatu restaurant dan saat itu aku yang menang taruhan boleh memilihkan makanan untuk ka Alfan sepuasnya. Karena aku suka banget sama ice cappucino, aku pilihkan itu. Padahal ka Alfan lebih suka ice chocolate. Tapi aku berusaha untuk mendoktrinnya. Sedikit pemaksaan. 

Sore, hujan turun sedikit. Hanya sekedar membasahi atap, jalan dan tanaman. Setelah acara tersebut selesai aku menunaikan kata-kataku yang di telepon tadi. Aku harus ikut ka Alfan ke suatu tempat. Entah kemana, aku sudah pasrah sebenarnya. Tapi sempat penasaran tapi percuma. Ka Alfan susah ditebak. 

"Kamu pasti bertanya-tanya kan dalam hati kita mau kemana"
"Sebenarnya giitu sih ka"
"Kenapa ga ditanya?"
"Karena tak akan dijawab"
Ka alfan hanya cekikikan mendengar jawabanku. Lalu ia merogoh saku jas yang tadi dia pakai di acara tadi. 
"Taraaa... Saya punya tiket pertunjukan Teater Bandung yang sedang tour ke kota-kota. Kamu kemarin kehabisan kan?
"Ka Alfan!! Aku harus membalasnya dengan apa untuk kejutan kali ini?"
"Cukup temani aku saja dan jawab pertanyaanku ketika aku sudah tak mengerti akan alurnya. Ini pertama kalimya aku menonton teater"
"Dengan senang hati"


Ka Alfan memang sering memberikan kejutan untukku. Bahkan sering sekali. Dari mulai hal kecil, hingga hal besar seperti saat ini. Sepanjang pertunjukan aku sangat kagum dengan grup teater ini, tapi diam-diam aku juga kagum dengan ka Alfan. Karena dia selalu memberiku hal tak terduga dan selalu membuatku bahagia.

Banyak kesempatan yang aku habiskan bersama kak Alfan. Aku selalu menikmatinya. Semua hal yang menyenangkan ketika bersama orang yang menyenangkan bukan? Ditambah lagi, orang tersebut selalu menyemangati ketika sudah tidak ada motivasi, mengingatkan kalau ada kesalahan dan selalu mengajarkan untuk selalu menjadi lebih baik. 



Ketika lelaki merasa jemu, dia membutuhkan seseorang yang mendorongnya agar ia maju ke depan. Ketika perempuan merasa jemu, dia membutuhkan seseorang yang menopangnya dari belakang agar tidak terjatuh.



Aku melihat kata-kata itu di salah satu poster yang ditempel pihak penyelenggara. Benar juga kataku. Sepulang dari pertunjukan teater, ka Alfan mengatakan sesuatu. Kata-kata yang tidak akan aku lupa dan begitu menyenangkan.

"Kanaya... teater tadi mengajariku satu hal"
"Apa?"
"Saya tidak akan membiarkanmu jatuh seperti halnya raja tadi membiarkan ratunya terjatuh. Saya juga tidak akan semudah itu menjauhi kamu bagaimanapun kondisimu. I would never run away from you. I would never ever let you down. Begitu kan kata-kata Ratu tadi?"
"Iya....."
"Kanaya, mungkin saya tidak pernah mengatakannya. Saya bisa saja mengatakan ini. Namun, saya lebih suka dengan membuatmu merasa dicintai tanpa harus berkata saya cinta kamu." Aku hanya bisa terdiam dan membalasnya dengan senyuman.




 Ruhma Hafia,
Jatinangor




 

Sabtu, 30 Juli 2016

Terima Kasih, Pak Anies Baswedan.




Sampai H+4 saya masih tidak bisa percaya kalau beliau dipurnatugaskan menjadi seorang menteri. Mungkin Pak Jokowi memiliki pertimbangan lain.

Sedikit cerita pertemuan pertama kali saya dengan Bapak Anies Baswedan adalah ketika saya bergabung di Parlemen Muda. Beliau adalah pelindung dari Parlemen Muda. Di situ beliau menjadi narasumber yang membuat saya jatuh cinta langsung terhadapnya. Setelah acara itu selesai, saya mulai mencari tahu banyak tentang beliau ternyata beliau luar biasa keren. Dari mulai program Indonesia Mengajar, Indonesia Menyala, Kelas Inspirasi hingga Turun Tangan saya bertambah jatuh cinta karena beliau sangat lekat dengan dunia pendidikan.

Saat beliau diangkat menjadi menteri, saya senang luar biasa. Walaupun saat itu, banyak isu miring tentang agamanya yang hingga sekarang belum bisa dibuktikan kebenarannya. Tapi saya sangat berharap dan percaya, beliau bisa memberi warna baru untuk pendidikan di Indonesia.

Benar saja, dalam waktu 20 bulan beliau menjalankan amanahnya. Banyak sekali perubahan yang telah beliau lakukan, diantaranya yaitu meninjau dan merevisi kurikulum 2013, nilai UN bukan penentu kelulusan, terbongkarnya kasus mafia buku, membentuk direktorat baru (direktorat keayahbundaan), hingga digantinya istilah MOS demi menekan tingkat kekerasan dan perploncoan di sekolah-sekolah.

Saya melihat Pak Anies juga bukan hanya sekedar seorang menteri. Tapi lebih dari itu. Beliau juga seorang psikolog yang diberi amanah menjadi seorang Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Sehingga padu padan keduanya sangat pas. Terbukti dengan adanya direktorat keayahbundaan, karena ia berpikir bahwa orangtua adalah pendidik yang paling tak tersiapkan. Diwujudkan pula dengan program beliau gerakan mengantar anak pada hari pertama sekolah. Beliau membuktikan bahwa beliau bekerja dengan hati sehingga beliau tahu bagaimana mengelola kementerian dan SDM-nya.

Bapak sangat menginspirasi saya dalam hal pendidikan dan pengetahuan. Semoga saya bisa mengikuti langkahmu. Yap, saya bukan hanya sekedar meraih mimpi. Tapi saya harus berusaha melampauinya!

Terima kasih, Bapak Anies Baswedan 20 bulannya. Hingga kini, saya belum bisa move-on dari bapak. Semoga kita bisa bertemu kembali di Turun Tangan untuk kali ini. Semoga bapak menjadi pelindung atau penasihat di organisasi saya yang lain mungkin? Hmmmm

Doakan kami Pak, selaku putra-putri harapan bangsa agar bisa melanjutkan dan selalu bisa memberikan kontribusi terbaik untuk pendidikan di tanah air tercinta.

I have so much respect for you and will continue to support you, Mr. Anies Baswedan, the Minister of Education and Culture of Indonesia (27 Oktober 2014 - 27Juli 2016). 



Jatinangor,
Ruhma Hafia